Disbunnak Pastikan Kerbau Mati Terserang septicaema epizootica
PANGKALAN BALAI, Sumselku.com – Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Kabupaten Banyuasin memastikan penyebab kematian belasan kerbau di Desa Durian Gadis Kecamatan Rambutan, Banyuasin adalah penyakit septicaema epizootica (SE).
Kepastian itu usai tim Disbunnak Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan yang dipimpin langsung Kepala Disbunnak Banyuasin melakukan pengecekan ke lokasi, Sabtu 13 April 2024.
“Memang dari beberapa ternak yang diketemukan, menunjukkan stadium awal atau terminal gejala klinis penyakit SE,” kata Edil Fitriadi, Kepala Disbunnak Banyuasin, Minggu 14 April 2024.
“Sebagai upaya tindakan pengobatan telah dilakukan dengan pemberian supportif dan antibiotik,” katanya.
Selain itu, untuk pencegahan agar penyakit septicaema epizootica tidak menyebar pada hewan ternak lainnya, pihaknya melakasanakan komunikasi, informatif dan edukatif (KIE) kepada peternak.
“Kita sampaikan terkait lalu lintas ternak, penerapan biosekuriti untuk menjaga kebersihan kandang,” jelasnya.
“Kemudian, mengisolasi ternak yang sakit, tidak melakukan aktivitas jual beli ternak,” tambahnya.
Termasuk menguburkan ternak yang mati untuk mencegah penularan penyakit.
“Dimana Kebanyakan wabah ini timbul pada saat musiman, terutama di musim penghujan atau peralihan musim,” bebernya.
Di samping itu faktor predisposisi seperti imun ternak yang sedang drop, faktor stress, kelelahan dan juga pengangkutan dapat menjadikan faktor penularan infeksi.
Mengingat ketersediaan vaksin kosong, pihanya melakukan pemberian bantuan obat-obatan dan desinfektan untuk desa sekitar sebagai pencegahan dan penerapan aspek biosekuritu penyakit SE.
Penyakit Septicaemia Epizootica (SE), juga dikenal sebagai Pasteurellosis Multocida, adalah penyakit infeksi bakteri yang mempengaruhi hewan.
Terutama ternak seperti sapi, domba, kambing, dan babi. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri pasteurella multocida.
Lantas bagaimana ciri-ciri atau gejala yang disebabkan penyakit SE ini, berikut penjelasannya !
1. Gejala ngorok
Pada stadium awal/terminal gejala klinis penyakit SE menunjukan gejala ngorok (mendengkur).
Di samping itu adanya pembengkakan ataupun busung di daerah mandibular (rahang) ternak dan leher bagian bawah.
2. Wabah Musiman
Kebanyakan wabah ini timbul pada saat musiman, terutama di musim penghujan atau peralihan musim.
Di samping itu faktor predisposisi seperti imun ternak yang sedang lemah, faktor stress, kelelahan dan juga pengangkutan dapat menjadikan faktor penularan infeksi penyakit SE.
Kebanyakan wabah ini timbul pada saat musiman, terutama di musim penghujan atau peralihan musim.
3. Penularan
Penularan lainnya dapat juga terjadi melalui ekskreta (air liur, Kemih dan feses/kotoran) ternak.
Serta lalu lintas ternak sebagai penyebaran awalnya yang di duga dari daerah atau kabupaten lain yang lebih dulu terkena serangan SE karena lokasi yang berseberangan. (Vit)
Average Rating